Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
Kata semantik ini kemudian dijadikan sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh kerana itu, kata sematik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa termasuklah fonologi, gramatik dan semantik.
Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik terdapat juga istilah lain yang digunakan seperti semiotik, semiologi, semasiologi, sememik dan semik untuk merujuk pada bidang yang mengkaji makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam kajian linguistik kerana istilah-istilah tersebut mempunyai bidang cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakupi makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode, tanda-tanda dalam ilmu matematika dan banyak lagi. Sedangkan cakupan ilmu semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Oleh itu, kita harus berhati-hati memakai kata bahasa.
Menurut Leech (1974), yang melihat semantik sebagai fenomena linguistik perlu diberi penekanan yang serius. Jadi, untuk mengkaji makna kita perlu mengkaji hubungan perkataan dengan ujaran. Seseorang yang mengetahui semantik akan berupaya mengenali ujaran atau ungkapan yang bersifat ’tidak semantik’ yakni tidak masuk akal (logik). Menurut Ogden dan Richard (1923), makna dilihat sebagai ’pengaruh bahasa terhadap pemikiran’. Bagaimana penutur dan penerima menggunakan pemikiran mentafsir makna. Berbagai tafsiran di atas berlaku kerena para sarjana akan membuat interpretasi menurut fahaman dan latihan yang mereka peroleh dan selalu dipengaruhi dengan bidang yang mereka geluti.
Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda).
Penggolongan tanda dapat dilakukan dengan cara:
1. Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
Þ Hari mendung tanda akan hujan.
Þ Hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir.
Þ Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan.
2. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
Þ Anjing menggonggong tanda ada orang masuk halaman.
3. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas:
Þ Yang bersifat verbal, adalah tanda yang dihasilkan menusia melalui alat-alat bicara.
Þ Yang bersifat non-verbal, dibedakan menjadi 2, yaitu:
· tanda yang dihasilkan anggota badan, dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya acungan jempol bermakan hebat, bagus.
· tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya bersiul bermakna gembira, memanggil, ingin kenal, dsb.
No comments:
Post a Comment