Ilmu Falak
Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya
masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara
satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.
Ilmu Falak disebut juga ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan ( الحساب =perhitungan). Ilmu Falak disebut juga ilmu rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan ( الرصد =pengamatan). Ilmu Falak disebut juga ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu ( الميقات =batas-batas waktu). Ilmu Falak disebut juga ilmu haiah, karena ilmu ini mempelajari keadaan benda-benda langit ( الهيئة = keadaan).
Ruang Lingkup
Ilmu Falak pada garis besarnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu Falak Ilmiy, dan ilmu Falak Amaliy. Ilmu Falak Ilmiy disebut juga Theoritical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy disebut juga Practical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy inilah yang oleh masyarakat disebut sebagai ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:
- Arah Kiblat dan bayangan arah kiblat.
- Waktu-waktu Shalat.
- Awal bulan.
- Gerhana.
Menelusuri Tokoh Pencetus Ilmu Falak
Ilmu
Falak tergolong ilmu yang paling tua dalam lintasan sejarah peradaban
manusia. Ilmu Falak memiliki banyak istilah di antaranya adalah ilmu
hisab dan ilmu ru’yah. Dinamakan ilmu hisab karena dalam Ilmu Falak
tidak terlepas dari perhitungan dan dinamakan ilmu ru’yah karena dalam
Ilmu Falak tidak terlepas dari aktivitas pengamatan, baik itu pengamatan
bintang, hilal (bulan muda) maupun matahari. Namun kata Falak itu
sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti orbit atau lintasan.
Eksistensi
Ilmu Falak menerjang sejarah dan peradaban dunia hingga saat ini. Dulu
masyarakat Mesir Kuno mengamati pergerakan matahari dan bintang-bintang,
sehingga mereka mengetahui panjang waktu satu tahun dengan hasil yang
hampir sempurna. Masyarakat dulu yang terkenal dalam pengamatan
benda-benda langit adalah mereka yang tinggal di daerah Mesopotamia
(daerah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris) seperti Babylonia dan
Assyria. Mereka meninggalkan catatan Astronomi dari sekitar tahun 3000
SM.
Sekarang ini, karya tulis di bidang Ilmu Falak dan Astronomi
serta perhitungan dan pemrograman pun juga tak kalah ketinggalan. Hal
ini terbukti dari banyaknya software-software Ilmu Falak dan Ilmu
Astronomi yang bertebaran di dunia maya. Sebut saja Winhisab Version 2.0
oleh Badan Hisab Rukyah Departemen Agama Republik Indonesia, Mawaqiit
version 2000.09 oleh Dr. Ing. Khafid, Mooncalc Version 6.0 oleh Monzur
Ahmed, Athan Version 1.5 oleh IslamicFinder.org, Accurate Times oleh
Muhammad Odeh, Starrynight Pro Version 5.8.2, Lunarphase Version 2.61,
dan lain sebagainya (hlm.viii).
Akan tetapi sampai sekarang ini
belum pernah ada buku atau literatur yang membahas tentang siapa tokoh
yang mencetuskan Ilmu Falak. Sampai saat ini para Ahli Falak dan Ahli
Astronomi sering menobatkan Nabi Idris As. atau Hermes sebagai tokoh
peletak batu pertama Ilmu Falak. Sayangnya hal ini belum pernah
dibuktikan secara ilmiah dan menelusuri lebih jauh tentang kebenaran
siapa penemu Ilmu Falak.
Dalam buku berjudul “Penemu Ilmu Falak:
Pandangan Kitab Suci dan Peradaban Dunia” yang ditulis oleh Nur
Hidayatullah Al-banjary ini akan mengupas secara tuntas mengenai tokoh
yang pertama kali mencetuskan Ilmu Falak di dunia ini. Dengan
menggunakan metode pendekatan sejarah (Historical Approach) serta
mengaitkan antara kitab-kitab sejarah dengan peradaban bangsa kuno
(Mitologi Yunani, Romawi, Mesir) buku ini mencoba mengetahui siapa
sejatinya sosok Nabi Idris dalam kacamata peradaban bangsa-bangsa dan
Agama-agama di dunia. Hal ini bertujuan mencari kebenaran terhadap
informasi yang telah berkembang selama ini.
Dalam perspektif kitab
Suci dari agama-agama yang berkembang di dunia, terdapat perbedaan
terkait dengan sosok Nabi Idris. Dalam perspektif kitab Taurat, Nabi
Idris atau Enoch merupakan seorang Raja Kuno yang bijaksana, ia
merupakan pahlawan banjir dalam kebudayaan Mesopotamia Kuno (hlm.38).
Sementara dalam kitab Injil, Nabi Idris atau dalam bahasa Ibrani disebut
Hanokh, ia adalah Putra dari Yared yang telah berjihad dan akhirnya
dimasukkan ke surga (hlm.47). Sementara dalam perspektif Al-Qur’an
sebagaimana yang disebutkan dalam Tafsir Al-Baidlowi Nabi Idris dikenal
sebagai orang yang pertama kali menulis dengan pena dan orang yang
mengenal ilmu bintang (nujum) dan hisab (hlm.56).
Dalam pandangan
peradaban dunia juga terdapat perbedaan pandangan terkait dengan sosok
Nabi Idris. Menurut pandangan Mitologi Mesir Kuno, Nabi Idris dikenal
sebagai ahli kedokteran, ahli kimia, dan ahli perbintangan (hlm.90).
Mitologi Yunani menyebut Nabi Idris, sebagai Dewa Pelindung bagi kaum
pedagang serta sebagai Dewa pengirim berita atau pembawa pesan (hlm.99).
Sementara dalam Mitologi Romawi Nabi Idris atau Hermes disebut
Mercurius, yaitu Dewa Perdagangan sekaligus dipercaya sebagai Dewa
Keberuntungan (hlm.106).
Dari berbagai macam sudut pandang yang
telah disebutkan baik itu dari pandangan kitab suci maupun peradaban
Kuno, tidak ada yang menyebutkan bahwasanya Nabi Idris ialah orang yang
mencetuskan pertama kali Ilmu Falak, namun ia hanyalah Ahli Falak
(Astronomi). Kaitannya dengan Astrologi, Nur Hidayatullah setuju bahwa
ia adalah penemu Ilmu Astrologi, bukan penemu Ilmu Falak.
Buku
setebal 179 halaman ini telah mengupas secara mendetail terkait siapa
tokoh yang pertama kali mencetuskan Ilmu Falak, dengan menggunakan
berbagai macam literatur baik dalam berbahasa Inggris, Arab maupun
Indonesia. Untuk itulah, buku ini layak digunakan sebagai bahan bacaan
dan renungan bagi para Dosen Falak, Pelajar Ilmu Falak, Pecinta Ilmu
Falak, dan masyarakat umum, agar paradigma sejarah yang mengatakan bahwa
Nabi Idris adalah pencetus Ilmu Falak bisa diluruskan.
Sumber: Wikipedia, http://www.dakwatuna.com/