Showing posts with label Kisah Sedih. Show all posts
Showing posts with label Kisah Sedih. Show all posts

Sunday, 24 March 2024

Kasih yang Terbesar

Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.

Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka.

Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.

Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah.

Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu.

Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?” Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara.

Sekali lagi dokter itu memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak, ia akan meninggal!”
Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.

Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja,” kata perawat itu, “Tidak akan sakit kok.” Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini!” kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.

Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
“Lalu kenapa kamu menangis?”, tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal” jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang! “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!”

Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!”

Friday, 20 September 2013

Kisah 2 Tahun Koma, Wanita dinikahi di Rumah Sakit Lalu Meninggal Dunia

Tragis benar yang dialami oleh wanita asal China bernama Jingjing ini. Di penghujung hayatnya setelah koma selama 2 tahun, pihak keluarga memutuskan untuk melepas seluruh alat bantu pernafasan yang salama ini menjadi penopang hidupnya. Namun sebelumnya prosesi pernikahan sekaligus perayaan ulang tahun sederhana digelar untuknya.

Perayaan ulang tahun sederhana itu digelar dalam kondisi Jinjing yang masih koma. Bertaburkan dekorasi sederhana dengan ornamen burung origami warna-warni dari kertas, serta kue ulang tahun, keluarga pun bersuka cita dalam kesedihan.

Prosesi pernikahan itu mungkin menjadi momen paling memilukan bagi orang-orang yang mencintai Jingjing. Sebab beberapa jam setelahnya, seluruh mesin pendukung kehidupan Jinjing dimatikan. Ia pun meninggal dengan tenang.

Bekerja Ekstra

Jingjing dan tunangan Lu Lai dari Guangdong di China bagian tenggara telah merencanakan kehidupan indah mereka pada tahun 2011. Keduanya telah sukses dan bekerja di pemerintahan lokal di Guangzhou. Mereka juga baru saja membeli sebuah rumah, dan berencana untuk menikah.

Tapi rencana mereka untuk hidup bahagia bersama tertunda karena kejadian tragis, ketika Jingjing sakit di tempat kerjanya. Saat dalam perjalanan ke rumah sakit, ia sudah dalam kondisi koma dan tidak pernah terbangun.

Lu Lai menjelaskan, ia dan Jinjing sengaja bekerja ekstra agar bisa mengumpulkan uang untuk menikah. Namun tak menyangka justu berakhir tragis.

"Kami ingin pernikahan yang spesial, jadi kami bkerja ekstra untuk memastikan tabungan kami cukup. Dia (Jinjing) sakit, tapi ia tidak ingin berhenti bekerja. Lalu suatu hari aku dihubungi karena ia terjatuh di depan komputer dan telah dibawa ke rumah sakit," jelas Lu.

"Mereka bilang dia telah berhenti bernapas, dan harus diresusitasi. Saya diberitahu di rumah sakit dalam keadaan masih hidup, tetapi kemudian diketahui otaknya secara permanen rusak. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuknya," urai Lu.

Setelah itu, Jinjing terbaring di rumah sakit dan tak pernah bangun. Dua tahun kemudian, keluarganya berkumpul di samping tempat tidurnya untuk merayakan ulang tahun 28 sekaligus pernikahan yang merupakan cita-cita Jingjing bersama tunangannya Lu Lai.

Donor Organ Tubuh

Setelah meninggal dunia, organ tubuh Jinjing yang masih sehat didonorkan untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

"Aku senang dia akan membantu orang lain untuk hidup. Bagiku ia akan hidup dalam hatiku selamanya. Aku akan selalu merindukannya," ujar Lu Lai sedih.

"Tidak peduli sampai kapan pun, ia akan hidup dalam hatiku selamanya," tegasnya.

Kesedihan tak hanya dirasakan tunangan Jingjing, Lu Lai yang kini telah resmi menjadi suaminya. Ayah Jingjing, juga merasakan hal yang sama.

"Dia wanita tercantik yang pernah ada. Aku tidak percaya dia meninggal, tapi dia selalu mengatakan dia siap untuk menjadi donor organ. Dan dengan cara itu ia berbagi kehidupan, dan membantu orang lain untuk hidup," ujar Fang.

"Dia masih anak kami, kami ingin memiliki satu hal spesial terakhir bersama-sama," ucap Fang.

Pesta perpisahan berbalut perayaan ulang tahun dan pernikahan Jingjing pun berakhir pilu. Seluruh kelurganya terpaksa mengikhlaskan kepergiannya.

 

Sumber : http://news.liputan6.com