Maha Suci Allah yang telah berfirman:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya””. (QS. al-Kahfi (18) : 83)
Mari kita simak kisah Dzul Qarna’in dan Ya’juj dan Ma’juj yang diabadikan Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an yang suci, agar kita tidak tersesat pemahaman akan sejarah melalui sumber yang benar.
Siapakah Dzul Qarnain?
DZUL QARNAIN. Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah bahwa: Dzul Qarnain adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana yang telah menjelajahi Bumi sebelah Timur dan Bumi sebelah Barat. Ia adalah seorang mukmin penyebar agama Allah, melaksanakan sebab-sebab dalam mencapai tujuannya dan mempunyai banyak keajaiban atas kuasa Allah SWT. Ia mengajak penduduk negeri-negeri yang ditaklukkannya untuk beriman kepada Allah.
Dalam perjalanannya ke belahan barat bumi, Dzul Qarnain bertemu dengan suatu kaum yang hidup dalam ketakutan yang mencekam. Al-Qur’an menyebut tempat itu sebagai BAIN AS-SADDAIN, sebuah daerah yang terdapat diantara DUA GUNUNG yang sepadan tingginya.
Siapa Ya’juj dan Ma’juj?
Adalah YA’JUJ dan MA’JUJ. Mereka adalah termasuk keturunan ADAM alahissalam dari keturunan YAFITS bin NUH alaihissalam. Mereka juga adalah makhluk Allah, akan tetapi berparas dan berkelakuan sangat buruk.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, ‘Hai Adam!’. Adam menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu’. Allah berfirman, ‘Bangkitlah pada hari kebangkitan neraka!’. Adam pun bertanya, ‘Apakah hari kebangkitan neraka itu ya Allah?’. Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu ke neraka. Sedangkan yang masuk surga hanya satu. Pada hari itu, anak-anak kecil menjadi beruban dan orang-orang hamilpun melahirkan janinnya’. Lalu Allah melanjutkan firmannya, ‘Sesungguhnya ada diantara keturunanmu yang terdiri dari dua ummat, Aku memperbanyak mereka dalam sesuatu. Mereka adalah YA’JUJ dan MA’JUJ’” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.)
Pembangunan Dinding Pemisah
Dzul Qarnain mendapati kaum itu, “Suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan” (QS. Al-Kahfi (18) : 93). Untuk mempertahankan diri, mereka tidak bisa lagi dan sangat ketakutan kepada kezaliman dan kerusakan yang diperbuat oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Kaum itu berkata, “Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu dapat membuat DINDING PEMISAH antara kami dan mereka?” (QS. Al-Kahfi (18) : 94)
Dzul Qarnain menolak tawaran harta dari kaum itu karena dia sudah mencukupi dengan harta yang diberikan Allah kepadanya. Ia hanya mengharap pahala jika dapat menolong mereka. Dzul Qarnain lalu berkata, “Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat)” (QS. Al-Kahfi (18) : 95)
Meskipun Dzul Qarnain mempunyai banyak bala tentara dan pengikut, ia tetap meminta pertolongan kaum tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang dinamakan MELAKSANAKAN SEBAB-SEBAB. Mereka lalu mengumpulkan harta, alat-alat, dan bersama-sama membantu Dzul Qarnain membangun DINDING PEMISAH dan menutup celah-celah diantara kedua gunung itu supaya dapat menutup jalan keluar terakhir bagi Ya’juj dan Ma’juj. Dzul Qarnain memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj di negerinya sendiri. Bangunan seperti bendungan itu terbuat dari besi. Dinding dan tiang besarnya terdiri dari potongan-potongan besi dan tembaga.
Dzul Qarnain memerintahkan mereka, “Berilah aku potongan-potongan besi” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Maka kaum itu pun mendatangkan potongan-potongan besi kepadanya. Kemudian dia meletakkan potongan-potongan besi itu bertumpuk satu sama lainnya diatas pondasi. Dan akhirnya besi-besi itu sama rata tingginya dengan kedua puncak gunung itu. Jadi, banunan itu bentuknya benar-benar tinggi dan besar.
“Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu” (QS. Al-Kahfi (18) :96)
Lalu Dzul Qarnain berkata, “Tiuplah (api itu)”. Sebagaimana pandai besi meniup api dengan semprongnya. Mereka pun menyalakan api pada seluruh besi itu hingga membara.
“Beri aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan keatas besi panas itu” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Tembaga mendidih pun dialirkan keseluruh permukaan besi. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan bahkan untuk dibayangkan. Membangun sebuah DInding Pemisah diantara dua buah gunung tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Itulah kelebihan yang diberikan Allah kepada Dzul Qarnain. Suatu mukjizat seperti Allah mengilhamkan Nuh alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera yang sangat besar. Maka Dzul Qarnain membuat sebuah Dinding besar yang menyatukan dua buah gunung yang tinggi dengan bahan-bahan yang tidak lazim pada masa itu yaitu BESI dan TEMBAGA.
Adapun Ya’juj dan Ma’juj, “Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya” (QS. Al-Kahfi (18) : 97)
Keberadaan besi dan tembaga itu membuatnya sangat licin dan sangat sulit untuk didaki ataupun dilobangi. Akhirnya Ya’juj dan Ma’juj terpenjara di balik kedua gunung itu dan kaum itu pun merasa aman.
Dzul Qarnain lalu berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al-Kahfi (18) : 98)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi” (QS. Al-Anbiyaa’: 96)
Demikianlah Kisah Dzul Qarnain yang membangun DINDING PEMISAH yang memenjarakan YA’JUJ dan MA’JUJ hingga batas waktu yang ditentukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Batas waktu yang merupakan salah satu peristiwa besar yang merupakan babak akhir dari kehidupan di dunia. Sesungguhnya dinding itu akan terbuaka pada masa setelah kedatangan al-Masih ad-Dajjal. Dan adalah ISA PUTRA MARYAM alaihissalam yang akan membunuh Dajjal dan meberantas Ya’juj dan Ma’juj di akhir zaman nanti.
Apakah Benar The Great Alexander itu adalah Dzul Qarnain?
ISKANDAR AGUNG (The Great Alexander) yang KAFIR itu bukanlah DZUL QARNAIN yang diceritakan Allah dalam al-Qur’an surat al-Kahfi!
Berhati-hatilah wahai saudaraku, ma’asysyral muslimin wal muslimat…
Begitu banyak Kisah-kisah Israilliyat dan Nashara yang dipercayai sebagai kisah-kisah dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Banyak ustadz/ulama yang mengangkat Kisah The Great Alexander sebagai Kisah Heroik Islami, bahkan mereka mengangkat kisah ini diatas mimbar.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan bahwa:
Iskandar al-Maqduni alias Iskandar Agung alias The Great Alexander adalh anak Raja Philips al-Maqduni yang mencatatkan sejarah bagi DINASTI ROMAWI. Adapun menterinya adalah ARISTOTELES seorang filosof terkenal. Iskandar Al-Maqduni adalah keturunan Iskandariyah. Barangsiapa yang berkata Dzul Qarnain adalh dia, maka orang itu SALAH BESAR dan mengalami kerusakan yang panjang dan tersesat sangat jauh.
Beliau (Ibnu Katsir) juga berkata, Dzul Qarnain yang dimaksud dalam QS. AL-Kahfi adalah seorang HAMBA ALLAH yang MUKMIN, yang beriman dan beramal shalih serta seorang Raja yang adil dan bijaksana.
Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Zulkarnain alias Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan MENIKAHI puterinya sendiri. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.
Menurut Asy-Syaukany rahimahullah, “Sungguh pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang KAFIR dan FILOSOF. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.” (QS- AL-Kahfi (18): 84).”
Menurut sejarawan muslim, Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.). Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur.
Menurut Ibnu Abbas rahimahullah, ia adalah seorang raja yang shalih. Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng.
Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.
Demikian, pendapat ketiga Imam diatas (Ibnu Katsir, asy-Syaukani, dan Ibnu Abbas rahimahullah lebih dapat dipercaya daripada ceita-cerita karangan filosof-filosof kafir barat. Jangan sampai ummat Islam terlena dan tertipu pada kisah-kisah yang sudah diselewengkan oleh Kaum Yahudi dan Nashara. Bahkan banyak juga ulama Islam yang terpengaruh, dan berpendapat hamper sama dengan kaum kafir tsb. Semoga Allah mengampuni mereka… Amiin…
Pada Akhir Zaman Dinding Pemisah akan Runtuh dan Ya’juj dan Ma’juj akan keluar atas Kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala
YA’JUJ dan MA’JUJ. Suatu kaum keturunan ADAM alaihissalam dari keturunan YAFITS bin NUH alaihissalam. Mereka juga adalah makhluk Allah, akan tetapi berparas dan berkelakuan sangat buruk.
Abu Sa’id al-Khudri ra. berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, ‘Hai Adam!’. Adam menjawab, ‘AKu memenuhi panggilan-Mu’. Allah berfirman, ‘Bangkitlah pada hari kebangkitan neraka!’. Adam pun bertanya, ‘Apakah hari kebangkitan neraka itu ya Allah?’. Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu ke neraka. Sedangkan yang masuk surga hanya satu. Pada hari itu, anak-anak kecil menjadi beruban dan orang-orang hamilpun melahirkan janinnya’. Lalu Allah melanjutkan firmannya, ‘Sesungguhnya ada diantara keturunanmu yang terdiri dari dua ummat, Aku memperbanyak mereka dalam sesuatu. Mereka adalah YA’JUJ dan MA’JUJ’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ya’juj dan Ma’juj yang zhalim itu telah dipenjarakan oleh Dzul Qarnain di celah DUA GUNUNG yang tinggi dengan DINDING PEMISAH yang terbuat dari BESI dan TEMBAGA. Mereka akan terkurung disana sampai batas waktu yang Allah kehendaki.
Dzul Qarnain lalu berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al-Kahfi (18) : 98)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi” (QS. Al-Anbiyaa’: 96)
Lalu bagaimana kita dapat memahami dan meyakini bahwa mereka masih berada disana saat ini sampai akhir zaman nanti? Allah azza wa jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah ketika Kaum Nabi MUSA alaihissalam yang tersesat di PADANG TEH selama 40 tahun.
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.
Allah berfirman: ” (Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Teh) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.”
(QS. al-Mai’dah (5) : 25-26)
Atau Allah menidurkan ASHABUL KAHFI didalam gua selama 309 tahun:
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah:” Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi…” (QS. al-Kahfi (18) : 25-26)
Allah Yang Maha Kuasa dengan mudah untuk berbuat apa saja yang manusia tidak akan mampu melakukannya bahkan dengan akalnya sekalipun.
“Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia…” (QS. Ali Imran (3) : 47)
Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj setelah masa kedatangan al-Masih ad-Dajjal dan Turunnya ISA Putera Maryam alaihissalam.
Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Para nabi adalah saudara anak-anak yang mempunyai satu bapak dengan beda ibu, ibu-ibu mereka banyak dan agama mereka satu. Aku orang yang pertama setelah Isa Putera Maryam, karena tidak ada diantara aku dan dia seorang nabi, sesungguhnya dia (Isa) akan turun, maka apabila kamu melihatnya maka kenalilah ia: Seorang laki-laki yang tinggi sedang, kulitnya antara merah dan putih, dia memakai dua pakaian yang dicelup dengan debu merah, kepalanya seolah-olah meneteskan air walaupun dia tidak kena basahnya, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menetapkan pajak, menyeru manusia untuk memeluk Islam, maka Allah menyirnakan seluruh kebosanan pada zamannya kecuali Islam, dan ia bersama Allah akan membinasakan al-Masih ad-Dajjal pada zamannya, keamanan terkontrol dimuka bumi hingga singa dapat hidup bersama unta, harimau bersama lembu, serigala bersama kambing, dan anak-anak dapat bermain dengan ular. Dia menetap selama empat puluh tahun di bumi, kemudian wafat dan dishalatkan oleh kaum muslimin” (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah ra. Dan dishahihkan oleh al-Adawi dalam kitab al-Fitan wa al-Malahim)
Isa alaihissalam juga akan memberantas Ya’juj dan Ma’juj.
Dari an-Nawwas bin Sam’an al-Kilabi, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ketika dia dalam keadaan seperti itu, Allah memberi wahyu kepada ISA, ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba. Tidak satupun kaum yang tunduk jika diperangi oleh mereka. Mereka semakin kuat dari waktu ke waktu’. Kemudian Allah mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj. Dari setiap sisi mereka berkembang. Para penghulu mereka melewati laut kecil Tabristan dan meminum airnya. Sedangkan orang-orang terakhir dari mereka berkata, ‘Dalam laut ini terdapat air yang pahit’. Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya menjadi gelisah, hingga harga satu kepala sapi lebih mahal dari seratus dinar pada zaman kalian ini. Nabi Isa dan para sahabatnya menjadi tidak senang. Lalu Allah mengirimkan cacing-cacing di leher mereka (Ya’juj dan Ma’juj). Mereka pun mati seperti kuda yang mati. Lalu nabi Isa melewati bangkai-bangkai mereka. Mereka (nabi Isa dan para sahabatnya) tidak mendapati satu jengkal tanah pun kecuali telah dipenuhi bau busuk dari bangkai mereka. Nabi Isa lalu mengadu dan mohon pertolongan pada Allah. Lalu Allah mengirim burung-burung yang membawa bangkai-bangkai itu kesuatu tempat yang hanya Allah yang tahu. Kemudian Allah menurunkan hujan yang membasuh bumi hingga menjadi licin. Kemudian diperintahkan pada bumi, “Keluarkanlah buah-buahanmu!” (HR. Muslim)
Kemunculan Dajjal dan Terbukanya Dinding Pemisah yang memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda-tanda akan datangnya Hari Kiamat.
Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari, ia berkata: “Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tiba-tiba muncul di tengah-tengah kami saat kami sedang membicarakan sesuatu. Ketika melihat kami, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, ”Apa yang sedang kalian perbincangkan?”. Jawab mereka, “Tentang hari Kiamat”. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari Kiamat tidak akan datang hingga kalian menyaksikan – sebelum itu – sepuluh tanda-tanda kedatangannya. Maka Beliau menyebutkannya, yaitu: adanya asap, munculnya Dajjal, keluarnya hewan melata, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Nabi Isa as, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terjadinya tiga gerhana: gerhana di belahan bumi timur, gerhana di belahan bumi barat, dan gerhana di Jazirah Arab. Adapun tanda yang terakhir adalah munculnya api di Yaman yang menggiring manusia menuju tempat berhimpun, al-Mahsyar.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Laa ilaha illallah, celakalah orang Arab karena keburukan sudah semakin dekat. HARI KIAMAT datang sejak kehancuran Ya’juj dan Ma’juj seperti ini – beliau sambil melingkarkan jari jempolnya dengan jari sebelahnya – Zainab binti Jahsy bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami mendapat celaka padahal ada orang-orang yang shaleh diantara kami?”. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “YA, jika perbuatan nista sudah banyak dilakukan (manusia)” (HR. Bukhari dan Muslim)
BEBERAPA PENELITIAN TENTANG KEBERADAAN DINDING YA’JUJ DAN MA’JUJ
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama Buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah Bab al-Hadid. Orang Persia menyebutnya Dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya Tie-Men-Kuan. Semuanya bermakna PINTU GERBANG BESI.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul.
Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di Republik Georgia.
Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang).
Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Selama 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu.
Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.
Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil.
Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
Wallahu’alam…
BEBERAPA PENELITIAN TENTANG KEBERADAAN DINDING YA’JUJ DAN MA’JUJ
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama Buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah Bab al-Hadid. Orang Persia menyebutnya Dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya Tie-Men-Kuan. Semuanya bermakna PINTU GERBANG BESI.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul.
Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di Republik Georgia.
Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang).
Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Selama 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu.
Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.
Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil.
Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
Wallahu’alam…
DENGAN TELAH DITEMUKAN BUKTI-BUKTI KEBERADAAN DINDING PEMISAH YA’JUJ DAN MA’JUJ, PERTANDA HARI YANG DIJANJIKAN ALLAH (KIAMAT) ITU MAKIN DEKAT…
Tidak ada seorang manusia atau makhluk pun yang mengetahui kapan pastinya terjadi Hari Kiamat itu. Kita hanya diberi peringatan-peringatan atas tanda-tanda akhir zaman seperti yang telah banyak disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. al-A’raf (7) : 187)
Mari kita mempersiapkan bekal kita dengan memperbanyak amal kebaikan, tidak menunda-nunda berbuat baik, dan selalu pada jalur FASTABIQUL KHAIRAT…
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”. (QS. Thaha (20) : 15)
Semoga Kisah Dzul Qarnain dan Ya’juj dan Ma’juj ini dapat menjadi pelajaran bagi kita dan kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari Kisah ini.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf (12) : 111)
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu “.
Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Qur’an).
Barang siapa berpaling daripada Al Quran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.
(QS. Thaha (20) : 98-100)
MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMAN-NYA…
Billahi Taufiq wal Hidayah
Wallahu’alam Bishshawwab
Semoga Bermanfaat…
Note:
Mari mengaji (membaca, mempelajari, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an). Kisah Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juj dan Dinding Pemisah dapat ditemukan dalam al-Qur’an Surat al-Kahfi: 83-98)
Kisah Dzul Qarnain dan Ya’juj dan Ma’juj ini disarikan dari terjemah Kitab Shahih Qashashil Qur’an. Karya Syaikh Hamid Ahmad ath-Thahir al-Basyuni. Darul Hadits, Kairo, Mesir. Bab Kisah Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juj.
Source : http://artikelmenarik.wordpress.com