Dalam menegakkan hukum dan keadilan, Lopa merupakan sosok jaksa yang hampir tidak punya rasa takut, kecuali kepada Allah. Dia menjadi teladan bagi orang-orang yang berani melawan arus kebobrokan serta pengaruh kapitalisme dan liberalisme dalam hukum. Ketika menjabat Jaksa Tinggi Makassar, ia memburu seorang koruptor kelas kakap. Akibatnya, ia masuk “kotak” dan hanya menjadi penasihat menteri.
Sejak menjabat Jaksa Agung pada tanggal 6 Juni 2001 menggantikan Marzuki Darusman, Lopa bekerja keras untuk memberantas korupsi. Ia bersama staf ahlinya, serta staf lainnya bekerja hingga pukul 23.00 setiap hari. Mesti menjabat Jaks Agung hanya dipengangnya selama 1,5 bulan, Lopa berhasil menggerakkan Kejaksaan Agung untuk menuntaskan perkara-perkara korupsi.
Karena itu jajaran kejaksaan merasa sangat kehilngan sosok pendekar hukum yang tangguh sepeninggal Lopa. Kepergian Lopa sangat mengejutkan, meninggal ketika ia menjadi tumpuan harapan rakyat yang membuat dan mendambakan keadilan. Sejak menjabat Jaksa Agung (hanya 1,5 bulan), Lopa mencatat deretan panjang konglomerat dan pejabat diduga terlibat KKN, untuk diseret ke pengadilan.
Kepergian Lopa untuk selamanya, memang membawa dampak serius bagi kelanjutan penanganan kasus-kasus korupsi. Banyak perkara yang sedang digarap tidak jelas lagi ujung pangkalnya.
Lopa menerima anugerah Government Watch Award (Gowa Award) atas pengabdiannya memberantas korupsi di Indonesia selama hidupnya. Simbolisasi penganugerahan penghargaan itu ditandai dengan Deklarasi Hari Antikorupsi yang diambil dari hari lahir Lopa 27 Agustus. Lopa pun terpilih sebagai tokoh antikorupsi karena telah bekerja dan berjuang untuk melawan ketidakadilan dengan memberantas korupsi di Indonesia tanpa putus asa selama lebih dari 20 tahun. Almarhum Lopa adalah sosok abdi negara, pegawai negeri yang bersih, jujur, bekerja tanpa pamrih,
Sumber : Tokoh Indonesia.com (Ensiklopedia Tokoh Indonesia)